Jumat, 15 April 2011

Makalah PLSBT


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi adalah suatu kajian terhadap masalah-masalah lingkungan, sosial, budaya dan teknologi secara scientific, komprehensif, general, integral dalam perspektif pendidikan untuk di carikan alternatif pemecahannya.Adapun tujuan mempelajari mata kuliah PLSBT salah satunya adalah meningkatkan kesadaran lingkungan dalam mengembangkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang dengan  meningkatkan hidup berupa  kesadaran diri selaku makhluk sosial budaya dan  bagian yang tak terpisahkan dari alam, meningkatkan kepekaan dan keterbukaaan terhadap masalah-masalah lingkungan sosial budaya dan teknologi serta bertanggung jawab dalam memecahkan masalah tersebut. Salah satu materi yang menjadi bagian dari pembelajaran matakuliah PLSBT yaitu “Manusia dengan keragaman sosial budaya dan peradabannya”.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pengaruh orang lain. Seorang manusia, selama hidup tidak akan terlepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di sekolah, dan lingkungan yang lebih besar. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari penngaruh orang lain, dan manusia pun selalu terikat dengan kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri.
Budaya berasal dari budi dan daya yang berarti cipta, rasa dan karsa. Substansi isi utama budaya: sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan. Adapun kebudayaan sosial dan peradaban memiliki hubungan yang sangat erat dalam kausalitas hidup dan lingkungan.
Peradaban akan selalu meliputi pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut termasuk perilaku manusia di dalamnya tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya. Oleh karena itu, Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya peradaban  penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.
Dalam penelitian ini kelompok kami mengangkat tema tentang keragaman sosial budaya dan peradaban kehidupan di lingkungan pesantren. Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga yang dapat dikatakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan dan merupakan bapak dari pendidikan islam yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan lembaga sosial dan penyiaran agama.
Dalam penelitian ini kami meneliti tentang keragaman hidup di lingkungan pesantren dilihat dari aspek sosial, budaya dan peradaban hidup di lingkungan pesantren yang di dalamnya meninjau lebih dalam faktor apa saja yang mendorong seseorang masuk pesantren, dan apa saja dampak positif dan negatif dalam keragaman hidup di lingkungan pesantren dengan solusi yang menunjang agar jangan sampai hilang.
   Dan penelitian yang kami lakukan ini bertujuan untuk menggali, mendalami nilai-nilai kehidupan di pesantren, menggali masalah-masalah yang timbul di lingkungan pesantren serta memberikan solusi sesuai hasil penelitian dengan menggunakan metode disipliner karena pada umumnya masyarakat menilai pesantren identik dengan kekangan, aturan yang mengikat, tapi salah jika kita menilai pesantren seperti itu.

Pesantren melatih hidup mandiri, mendapatkan ilmu agama maupun ilmu modern. Jadi bukan berarti tinggal di pesantren membatasi pengetahuan  tentang dunia, justru pengetahuan semakin lengkap dengan keberadaan di pesantren. Setiap yang dilakukan semua di dasarkan pada hukum islam, dimana aturan islam mengikat dan membawa  kearah kemajuan yg di dasarkan pd hukum syar'i.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan di sajikan dalam makalah ini adalah :
a.       Bagaimana kehidupan pesantren secara umum?
b.      Bagaimana keragaman kehidupan sosial, budaya, dan peradaban di lingkungan pesantren?
c.       Apa dampak positif dan negatif hidup di pesantren?
d.      Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang masuk pesantren?
e.       Solusi apa yang harus diberikan dari pihak pesantren agar keragaman sosial, budaya, dan peradaban di pesantren tidak hilang?


1.3  Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini berdasarkan pada masalah yang di angkat, pembahasan penelitian yang bertujuan untuk :
a.       Untuk mengetahui kehidupan pesantren secara umum
b.      Untuk mengetahui keragaman kehidupan sosial, budaya dan peradaban di lingkungan Pesantren.
c.       Untuk mengetahui dampak positif dan negatif hidup di Pesantren
d.      Untuk mengetahui factor apa saja yang menyebabkan seseorang masuk pesantren.
e.       Untuk mengetahui solusi apa yang diberikan dari pikah pesantren agar keragaman sosial budaya dan peradaban di lingkungan pesantren tidak hilang..
                                           BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1  Manusia dengan Keragaman Sosial

Manusia sejak awal lahirnya adalah sebagai makhluk sosial, Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta.
Konsep manusia sebagai makhluk sosial itu telah menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu,dimana pada setiap individu tersebut memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yaitu memiliki dorongan:
1.       untuk makan,
2.      untuk mempertahankan diri
3.      dan dorongan untuk melangsungkan jenis.
    Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Seorang manusia bisa mempertahankan diri dengan ia makan, bekerja dan lain sebagainya itu semua karena bantuan manusia lainnya. Tanpa bantuan manusia lainnya seorang individu itu tidak dapat bertahan. Dengan saling ketergantungan dan saling membutuhkan dapat menciptakan komunikasi antar masyarakat yang ditentukan oleh peran manusia sebagai makhluk sosial seperti ulasan di atas. 
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilain dari orang lain
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
            Adapun dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru, dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat sekitarnya yang terdiri dari :
  1. penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
  2. penghematan tenaga, dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
            Pada umumnya hasrat meniru itu dapat di lihat dengan jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
2.2 Manusia dengan keragaman Budaya
Menurut EB Taylor, Primitive Culture, 1871  Kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
            Menurut  Ki Hajar Dewantara kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
           Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Fungsi kebudayaan secara umum untuk mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu :
            Adapun manusia sebagai pencipta kebudayaan memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
  1. Akal
  2. intelegensia
  3.  intuisi Perasaan dan emosi kemauan fantasi perilaku.
Adapun  wujud dari kebudayaan adalah:
 Ide : tingkah laku dalam tata hidup
 Produk : sebagai ekspresi pribadi
 Sarana hidup
 Nilai dalam bentuk lahir
Sedangkan Ciri Kebudayaan :
 Bersifat menyeluruh
 Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu
 Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
Proses Pembudayaan
       Tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya :
1. Internalisasi : Merupakan proses penserapan realitas objektif dalam kehidupan manusia
2. Sosialisasi : Proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta ketrampilan-ketrampilan sosial.
3. Enkulturasi adalah pencemplungan seseorang kedalam suatu lingkungan kebudayaan, dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu yang alamiah belaka.
4. Difusi : Meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga  menjadi satu kebudayaan.
5. Akulturasi : percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran itu masing-masing unsurnya masih kelihatan
6. Asimilasi : proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain.
            Jadi manusia, sebagai makhluk berbudaya merupakan struktur masyarakat yang majemuk dan dinamis, ditandai oleh keragaman suku bangsa, agama dan kebudayaan. Keragaman tersebut merupakan kekayaan budaya yang membanggakan, tetapi pada sisi lain mengandung potensi masalah konflik. Jadi keragaman tersebut haruslah dapat dicari solusinya dengan semangat pluralisme, keterbukaan dan mengembangkan kesederajatan. Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai tersebut berupa: etika yang erat hubungannya dengan moralitas, maupun estetika yang berhubungan dengan keindahan.
2.3 Manusia dengan keragaman peradaban
Menurut Bieren de hann peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan tekhnik.
Menurut Oswald Spengl Peradaban adalah kebudayaan yang sudah mati, adapun menurut  prof. Dr. Koentjoroningrat peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang halus dan indah.
            Peradaban merupakan terjemahan dari kata civilization yang berasal dari kata civil (warga kota) dan sivitas (kota; kedudukan warga kota). Biasanya, peradaban juga disamakan dengan budaya dan kebudayaan dalam beberapa literatur. Menurut Huntington, peradaban mewujudkan puncak-puncak dari kebudayaan.
Manusia dan peradaban merupakan dua hal yang tidak mungkin terpisahkan. Manusia melalui kemampuan cipta dan karya selalu melakukan karya-karya di segala bidang kehidupan. Istilah peradaban mempunyai arti yang erat kaitannya dengan manusia. Istilah peradaban seringkali merujuk pada suatu masyarakat yang kompleks.
         Peradaban manusia bisa dilihat melalui praktik pertanian, hasil karya, permukiman, dan berbagai pandangan manusia mengenai ilmu pengetahuan, politik, dan kehidupan.Manusia sebenarnya sudah mencapai puncak kebudayaan walaupun masih dalam taraf primitif. Akan tetapi, tidak semua kebudayaan bisa mencapai tahap puncaknya. Kadang, kebudayaan manusia terhenti dengan apa yang disebut blind eyes atau jalan buntu.
          Frans Boas mengartikan peradaban sebagai keseluruhan bentuk reaksi manusia terhadap tantangan dalam menghadapi alam sekitar, individu ataupun kelompok. Peradaban bisa meliputi segala aspek kehidupan manusia, seperti budaya materiil, relasi sosial, seni, agama, dan ditambah dengan sistem moral, gagasan, dan bahasa.

    Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban
         Oswald membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Menurutnya, dua hal tersebut merupakan dua gaya hidup yang berlawanan. Oswal berpendapat bahwa kebudayaan lebih dominan pada nilai-nilai spiritual yang menekan manusia pada perkembangan individu di bidang mental dan moral.
         Sementara itu, peradaban menurutnya, lebih mengarah kepada hal-hal bersifat material yang menekankan pada kesejahteraan fisik dan material. Oswald mencontohkan bahwa gaya hidup Yunani Kuno dan Romawi Kuno sebagai peradaban. Bieren de Han berpendapat sama dengan Oswald.



          Ia juga membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Menurut Bieren, peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Kebudayaan, bagi Bieren, lebih menekankan kepada segala sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih murni, berada di atas tujuan praktis hubungan masyarakat.
           Dalam perjalanan peradaban manusia, ada suatu fenomena yang harus dihadapi, yaitu terjadinya benturan peradaban. Hutington menyebutnya dengan istilah clash civilization. Pada zaman modern, Hutington meyakini bahwa peradaban-peradaban yang muncul akan menimbulkan proses benturan-benturan.    Benturan itu terjadi bisa antara peradaban Barat dan Timur.
          Bisa juga karena perbedaan ideologi. Satu hal yang tidak boleh terjadi adalah berhenti mempelajari peradaban manusia. Peradaban manusia harus terus dikaji atau dipelajari. Sejarah peradaban manusia dari tiap masa tidak boleh hilang. Karena dari belajar peradaban di masa lalu itulah, kita bisa becermin untuk mengembangkan peradaban manusia masa mendatang.
















2.4.2 Karakteristik pendidikan pesantren
a.  Materi pelajaran dan metode pembelajaran
         Sebagai lembaga pendidikn islam, pesantern pada dasarnya mengajarkan , sedangkan sumber kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-kitab yang berbahasa Arab. Pelajaran agama yang dikaji ialah al-quran dengan tafsirannya , kitab-kitab. Adapun kitab-kitab yang dikaji di pesantren umumnya kitab-kitab yang di tulis pada abad pertengahan yaitu, antara abad ke 12 dengan abad ke 15 atau lazim yang di sebut dengan kitab kuning.
          Adapun metode yang lazim dipergunakan dalam pendidikan pesantren ialah: wethonan, sorogan, dan hafalan. Metode wethonan adala: metode kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling kiai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Istilah weton bersala dari kata waktu yaitu jawa yang berarti waktu; karena pengjian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu. Dijawa barat, metode ini di sebut dengan bandongan; sedangkan di Sumatra di sebut dengan khalakah.

          Metode sorogan ialah: suatu metode dimana santri menghadap guru atau kiai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Kiai membacakan dan menerangkan kalimat demi kalimat, kemudian menerangkan waktunya. Santri menyimak bacaan kiai dan mengulangi sampai memahaminya, kemudian kiai mengesahkan, jika santri sudah benar-benar mengerti, dengan memberikan catatan pada kitabnya, untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah diberika kiai kepadanya.
           Pengajian dengan metode ini merupakan pelimpahan nilai-nilai bagi proses delivery of culture dipesantren dengan istilah mentorsif. Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi santri. Kendati pun demikian, metode demikian paling intensif karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya jawab langsung.
         Metode hafalan ialah suatu metode dimana santri menghafal teks atau kalimat teretentu dari kitab yang dipelajari. Biasanya cara menghafal ini diajarkan dalam bentuk syair atau nasham. Dengan cara ini memudahkan santri unutk menghafal, baik ketika sedang belajar maupun disaat berada diluar jam belajar.

b.  Jenjang pendidikan
          Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yang memakai system klasikal. Umumnya, kenaikan tingkat seorang santri ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinnya. Apabila seorang santri telah menguasai satu kitab atau beberapa kitab dan telah lulus ujian yang diuji oleh kiainya, maka ia berpindah kekitab lain. Jadi, jenjang pendidikan tidak ditandai dengan naiknya kelas seperti dalam pendidikan formal, tetapi pada penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Sebagai gamabaran lebih lanjut, kita akan mendalami secara khusus salah satu cabang ilmu, misalnya ilmu hadits. Di jawa, misalanya seorang santri untuk memperoleh spesialisasi, selain mendatangi seorang kiai besar juga harus mencari pesantren tertentu karena setiap Pesantren memiliki keunikan, dan dengan begitu menjadi karakteristiknya. Adannya bidang-bidang khusus yang merupakan fokus masing-masing pesantren dapat menarik minat para Santri unutk memilih bidang-bidang yang diminati. Hal ini menunjukkan keanekaragaman bidang kajian di Pesantren-Pesantren dimana antara satu dengan yang lainnya tidak ada kesamaan. Secara umum dapat dipahami bhawa setiap pesantren memberikan porsi yang lebih besar pada bidang-bidang tertentu sebagai kehasan bidang yang dimilikinya dan sekaligus dia dikenal karena kekhususanya itu.
c. Prinsip-prinsip pendidikan pesantern
        pesantren memiliki prinsip-prinsip utama dalam menjalankan pendidikannya ada 12 prinsip yang dipegang teguh pesantren:
1) Teosentrik
2) Suka rela dalam pengabdian
3) Kearifan
4) Kesederhanaan
5) Kolektifitas
6) Mengatur kegiatan bersama
7) Kebebasan terpimpin
8) Kemandirian
9) Pesantren adalah tempat mencari ilmu dan mengabdi
10) Mengamalkan ajaran agama
11) Belajar dipesantren bukan untuk mencari ijazah
12) Restu kiai artinya semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga pesantren sangat bergantung dari kerelaan dan doa dari kiai
          Prinsip-prinsip pendidikan tersebut, agaknya merupakan nilai-nilai kebenaran universal dan pada dasarnya sama dengan nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat pada umumnya. Dengan nilai-nilai itu pula dipesantren senantiasa tercipta ketentraman, kenyamanan, dan keharmonisan.
          Kehidupan pesantren diwarnai dengan asketisme, yang dikombinasikan dengan kesediaan melakukan segenap perintah kiai guna memperoleh berkah. Keberkahan ini tentu saja memberikan bekas pada jiwa seorang santri, dan bekas inilah yang pada gilirannya nanti akan membentuk sikap hidupnya. Asketisme yang digunakan pesantren merpakan proyeksi pilihan ideal bagi pola kehidupan umum yang dilanda krisis, yang akhirnya menumbuhkan pesantren sebagai unit budaya yang berdiri terpisah dari kehidupan sosial. Pada waktu yang sama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Peranan ganda inilah yang sebenaranya dapat dikatakan menjadi ciri utama pesantren sebagai salah satu sub culture. Dalam menjalankan peranan ganda ini, pesantren terlibat dalam proses penciptaan nilai atau tata nilai yang memiliki dua unsure utama: peniruan dan pengekangan.
          Unsur pertama, yaitu peniruan adalah usaha yang dilakukan terus menerus secara sadar untuk memindahkan pola kehidupan para sahabat nabi dan para ulama salaf kedalam praktek kehidupan di Pesantren. Pola kehidupan ini tercermin dalam ketaatan beribadah secara maksimal, penerimaan material yang relatif serba kurang, dan kesadaran kelompok yang tinggi.
          Unsur kedua ialah pengekangan, yaitu penerapan kedisiplinan sosial yang ketat dipesantren. Kesetiaan tunggal pada pesantren adalah dasar pokok disiplin ini, sedangkan pengucilan yang dijatuhkan atas pembangkangannya merupakan konsekuensi mekanisme pengekangan yang digunakan. Pengusiran seorang santri adalah hukuman yang luarbiasa beratnya, karena ia mengandung imflikasi penolakan total oleh semua pihak, disamping kehilangan dukungan moral dari kiainya. kriteria yang biasa dipakai unutk mengukur kesetiaan seorang santri kepada pesantren adalah kesunguhannya dalam melaksanakan pola kehidupan yang tertera dalam literature fiqh dan tasawuf. Penyimpangan kriteria ini dianggap sebagai ahli maksiat bagi santri yang dikucilkan, juga bagi santri yang tidak mau menaati norma-norma yang telah mengakar dalam pesantren.
Keterangan diatas semakin memperjelas karakteristik pesantren dilihat dari fungsinya. Dalam kehidupan sosial ia menjadi rujukan moral bagi masyarakat sekitarnya. Kia sebagai pigur yang dihormati tidak saja karena kedalaman dan keluasan ilmunya tapi juga karena kepribadian dan akhlaknya. Disamping itu, prinsif keikhlasan dan kesetiaan Santri kepada kiai dan lembaga serata kehidupan di Lingkungan pesantren semakin mempertegas identitasnya ditengah kehidupan masyarakat banyak, dimana ia merupakan sub culture. Semua ini mencirikan pesantren sebagai wahan pembinaan moral yang handal, selain membimbing intelektual  kultur islami,dan spiritual keimanan seseorang.










BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1       Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualititatif yaitu metode melakukan penelitiannya  terjun langsung dengan observasi dan wawancara. Sedangkan metode kuantitatif yaitu metode yang digunakan dalam rangka mengumpulkan angket dengan study kepustakaan dan kelemahannya. Dalam hal ini lingkungan Pesantren dianggap sebagai suatu gejala yang masih relevan untuk diteliti, dilihat dari beberapa aspek sosial,budaya,dan peradaban.
3.2  Teknik Penelitian
3.2.1        Teknik pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan teknik wawancara yang meliputi dokumentasi rekaman, photo dan penyebaran angket terhadap para santri yang berada di lingkungan Pesantren. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data,atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka (face to face) dengan narasumber. Namun bisa juga dilakukan secara tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).
   Angket adalah suatu pengumpulan data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud :1975). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 ) Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak memerlukan kedatangan langsung dari sumber data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).
    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
Berikut langkah – langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1.      Mengadakan survei lapangan dan memberi pengertian tentang maksud pengambilan data.
2.      Memberi angket / kuesioner kepada beberapa santri
3.      Melakukan wawancara terhadap salah satu santri

3.3  Pendekatan Pemecahan Masalah

Pendekatan pemecahan masalah dalam dalam penelitian PLSBT ini, kami menggunakan pendekatan multiaspek atau multidimensi yaitu pendekatan dalam pemecahan masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan. Kami menggunakan pendekatan ini untuk mempermudah dalam pengumpulan dan pengolahan data.








BAB 4
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Apa yang dimaksud pengertian Pesantren secara umum
banyak orang yang bilang hidup di pasantren itu bagaikan hidup di penjara, ya memang begitulah keadaannya kita hidup teratur, semua diatur oleh semua peraturan-peraturan yang cukup mengikat.

3.2  Bagaimana kehidupan pesantren secara umum
Sangat menrik dan cukup menyenangkan terlepas dari semua peraturan yang mengikat dan sangat mengekang  kita, dapat banyak sekali pengalaman karena disana banyak sekali kepala yang kita harus pahami dan mengerti keadaanya sehari-hari.
3.3  Bagaimana keragaman kehidupan sosial di Pesantren
sangat beragam berhubung disini tidak satu daerah, provinsi dan negara. Bahkan dari negeripun .kita pikir itu cocok sekali untuk menamankan sifat interkal terhadap orang-orang agar lebih mengerti akan budaya yang beragam misalnya setiap daerah itu mempunyai perwakilan dari bandung dinamakan HiSKAM (Himpunan Santri Kota Kembang), dari Tasik dinamakan Himpunan KOTARESIK, dari luar jabar sosial budaya dan disitu sangat terlihat jelas sekali bagaimana karakter-karakter orang dari daerahnya masing-masing.
3.4  Bagaimana keragaman kebudayaan kehidupan di Pesantren ?
sangat beragam dan cukup menarik kadang kita hidup dengan orang yang tidak satu budaya kita banyak pertentangan banyak perselisihan tapi itu lah sesuatu yang menariknya. Misalnya orang-orang sunda yang ramah dan sopan dengan orang jawa yang cenderug di karakteristiknya cukup keras.
3.5  Bagaimana keragaman peradaban kehidupan di Pesantren ?
Mungkin itu tergantung dari latar masing-masing, kalau misalnya saya sendiri berasal dari orang yang sederhana, gaya hidupnya juga biasa saja beda halnya dengan orang berada. Dari segi ekonomi jarang terlihat sedangkan dari jelas sekali terlihat ada yang menutup dirida yang biasa saja. 

3.6  Apa dampak positif dan negatif hidup di Pesantren
Minimalnya dari segi pengendalian diri karena kita belajar agama cukup lama minimalnya tiap hari bisa untuk diri sendiri kita mengendalikan hal tersebut. Walaupun tidak bisa mendalikan orang lain tapi yang intinya itu kemandirian. Adapun dampak negatif info yang sangat kurang, Disini sangat tertutup untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang diluar, misalnya seperti ekstrakulikuler teater, studytour, paradeband mungkin sangat terbatas karena ada pandangan yang seperti apa  dilingkungan pasantren. Contohnya informasi tentang perkuliahan yang saya tahu hanya UPI,UNPAD, dan ITB padahal setelah saya keluar pesantren masih banyak universitas universitas yang bias menunjang akademik saya.
3.7 Analisis Data
Data dalam penelitian ini yaitu dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan memberikan angket terhadap para santriwan santriwati yaitu berupa rekaman ,sumber tertulis hasil angket hasil  serta dokumentasi fhoto. Angket dan wawancara yang kami berikan kepada para santri berupa beberapa pertanyaan tentang keragaman kehidupan Pesantren yang terdiri dari 20 soal untuk angket dan 12 soal untuk wawancara. Berikut ini adalah  angket dan soal wawancara yang kami sediakan :
3.4.1  Contoh Instrumen Manusia sebagai makhlik social budaya dan peradabannya
a. Angket

Nama :
Umur :
Jenis kelamin:

1. Apakah anda seorang santri ?
a. ya
b. tidak
c. bisa saja

2. Sudah berapa lama anda menjadi santri?
a. > 5 tahun
b. < 5 tahun
c. baru masuk

3. Sejak kapan anda menjadi santri ?
a. SD
B. SMP
C. SMA /Kuliah


4. Apakah anda suka dan merasa nyaman tinggal dipasantren?
a. ya
b. kurang
c. tidak
alasannya:



5 Faktor apa yang mendorong anda menjadi santri ?
a. lingkungan
b. keluarga
c. pribadi

6. Mengapa anda lebih memilih menjadi seorang santri ?
a. mengikuti kemauan orang tua
b. bercita-cita menjadi ustad / ustadzah
c. faktor lingkungan atau keluarga

7. Menurut anda apakah orang-orang yang hidup di wilayah pasantren terhindar dari perbuatan maksiat?
a. ya
b. tidak
c. mungkin

8. Bagaimana tanggapan anda ketika sebagian orang beranggapan hidup di pasantren itu kurang pergaulan. Apakah anda setuju ?
a. ya
b. tidak
c. biasa saja
Alasannya:

9. Apa saja yang anda pelajari di pesantren ?
a. kitab-kitab (tafsir hadis akidah akhlak )
b. Nahwu sharaf,tajwid fiqih hadist tafsir
c. semua jawaban pilihan a dan b

10. Apakah ada keharusan bagi setiap santri untuk menghapalkan kitab-kitab tertentu ?
a. ya
b. tidak
c. relatif

11.Bagaimana menurut anda lingkungan Pesantren secara umum dilihat dari segi sosial?
a. religius, beretika, muslimah,berkubu
b. akademisi,religius,hedonis, beretika
c.religius,sopan santun, takdim terhadap guru,individulalisme

12. Bagaimana menurut anda lingkungan pesantren secara umum dilihat dari segi budaya?
a.berkubu
b.individualisme
c.sosialisme
alasannya:

13. Bagaimana menurut anda lingkungan pesantren secara umum dilihat dari segi peradaban?
a. bersifat gotong royong
b. acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar
c.individualisme dalam hal apapun
alasannya:

14. Dampak positif apa yang anda dapat ketika hidup di pesantren?
a. Mendapatkan banyak teman dari berbagai daerah,mendapatkan pengalaman,menambah ilmu
b. Hidup lebih terarah dengan suasana yang religius dan mendapatkan pengalaman
c.merasa lebih baik dari sebelumnya
15. Dampak negatif  apa yang anda dapat ketika hidup di pesantren?
a. Kurang gaul dan kuarng update terhadap lingkungan sekitar
b.tidak percaya diri jika dihadapkan dengan dunia luar
c. Beranggapan negative terhadapan seseorang selain santri

16. Apakah anda berkeinginan untuk keluar dari pasantren ?
a. ya
b. tidak
c. belum terpikirkan
17. Bagaimana pandangan  anda terhadap dunia luar (selain pesantren)?
a. lebih nyaman
b.terkadang beranggapan negativif
c.biasa saja
alasannya:

18.Hal apa yang menyenangkan ketika di Pesantren ?
a. Mengaji
b.Adanya hiburan (haplah ,maulid dll)
c. Sedang berkumpul sesame santri
19. Hal apa yang tidak menyenangkan ketika hidup di Pesanten?
a. mengaji
b.ketika mendapat hukuman
c.ketika teringat keluarga
20. Adakah perubahan terhadap diri anda ketika sebelum masuk pesantren dan sesudah masuk pesantren
a.  tidak ada
b.biasa saja
c. ada hidup lebih terarah

            Sebagai bukti yang relevan, kami melakukan penelitian terhadap 10 orang santri yang hidup di Pasantren. Akhirnya kami memperoleh data bagaimana pandangan mereka secara umum terhadap kehidupan di pasantren Berikut kami lampirkan rincian data dari hasil jawaban santri terhadap angket yang diberikan adalah sebagai berikut :                            






                                                        Tabel penelitian
No
Objek yang diteliti
                                                Pertanyaan angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
Faza
A
B
C
A
A
C
A
A
C
C
C
A
A
B
A
A
A
C
A
C
2
Suci
A
B
C
A
B
C
C
A
C
A
A
B
A
A
A
A
B
A
B
C
3
Dita
A
A
A
A
B
A
A
A
C
A
C
B
A
B
B
A
A
B
C
B
4
Rita
A
A
A
B
C
C
A
A
C
C
C
A
A
A
A
A
A
C
C
C
5
Ita
A
A
A
B
A
C
A
A
C
A
C
B
A
A
B
A
A
C
B
C
6
Ani
A
A
A
B
B
A
C
A
C
A
C
B
B
A
B
A
B
C
B
C
7
Puspa
A
B
C
A
B
C
C
C
C
C
A
C
A
B
A
A
A
C
C
C
8
Citra
A
A
A
A
C
B
A
A
C
A
C
B
A
C
B
C
A
B
B
C
9
Dira
A
A
A
B
A
A
A
A
C
C
A
B
A
B
B
A
B
B
C
C
10
Ikas
A
A
A
B
B
C
C
A
C
A
A
B
B
B
A
A
A
C
C
C





A.     Tabel hasil penelitian angket


N0
PILIHAN PERTANYAAN ANGKET
A
B
C
1
10
-
-
2
7
3
-
3
7
-
3
4
5
-
5
5
3
5
2
6
3
1
6
7
6
-
4
8
9
-
1
9
-
-
10
10
6
-
4
11
4
-
6
12
2
1
7
13
8
2
-
14
4
5
1
15
5
5
-1
16
9
-
-
17
7
3
6
18
1
3
6
19
1
4
5
20
-
1
9
TOTAL
97
33
69

Diagram hasil penelitian
34%50%16%



Analisis diagram

        Dari hasil data penelitian  melalui angket di atas dapat kami simpulkan bahwa  responden lebih banyak memilih poin A yakni 50% di mana kecenderungan masuk pesantren di pengaruhi faktor lingkungan, di susul poin C  34% dimana ada keinginan dari diri sendiri untuk masuk pesantren ,dan terakhir poin B yakni 16%.dimana ada kebimbangan dari responden ketika mendapatkan pertanyaan semacam ini.
            






















b. Wawancara:

1. Apakah anda seorang santri dan hidup di Pesantren?
2. Bagaimana menurut anda hidup di Pesantren?
3.Faktor apa yang menyebabkan anda masuk di pesantren?
4. Bagaimana kehidupan pesantren secara umum?
5.Manfaat apa yang anda dapat hidup di Pesantren?
6 Bagaimana keragaman kehidupan social di Pesantren?
7 Bagaimana keragaman kebudayaan kehidupan di Pesantren?
8 Bagaimana keragaman peradaban kehidupand i Pesantren?
9 Dampak positif apa yang anda dapat hidup di Pesantren?
10. Dampak negatif apa yang anda dapat hidup di Pesantren?
11Bagaimana pandangan  anda terhadap dunia luar (selain pesantren)?
12. Hal apa yang berkesan dan tidak menyenangkan ketika hidup di Pesanten ?

Teks Hasil Wawancara
Selain kami memberikan angket pada santri yang di pasantren , kami  juga mawancarai salah satu santri di pasantren tersebut yang bernama Aditya.
Berikut ini adalah isi dari wawancara yang dilakukan kepada saudara Aditya  :
1. Apakah ada seorang santri dan pernah hidup di pasantren ?
     jawab : ya saya seorang santri dan pernah hidup di pasantren
2 . Di pasanten mana anda mesantren ?
  Jawab : di perguruan KHZ. Zaenal Mustafa Sukahideung Tasikmalaya      
 3. Bagaimana menurut pandangan anda hidup di lingkungan  di pasantren ?
Jawab : banyak orang yang bilang hidup di pasantren itu bagaikan hidup di penjara, ya memang begitulah keadaannya kita hidup teratur, semua diatur oleh semua peraturan-peraturan yang cukup mengikat.
4. Faktor-faktor apa yang menyebabkan anda tinggal di pasantren?
Jawab : pertama melihat saudara dan nampaknya dia baik-baik saja karena saya pikir lebih senang untuk mencoba tidak bersama orang tua.
4.      Apakah ada faktor dari keluarga ?
Jawab : ya                                              
6. Bagaimana kehidupan pasantren secara umum ?
Jawab : sangat menrik dan cukup menyenangkan terlepas dari semua peraturan yang mengikat dan sangat mengekang  kita, dapat banyak sekali pengalaman karena disana banyak sekali kepala yang kita harus pahami dan mengerti keadaanya sehari-hari.
 7. Manfaat yang anda dapat ketika hidup di pasantren ?
Jawab : manfaat tidak bisa dihitung tanpa di sadari, pertama kita bisa lebih unggul dari pada tinggal dirumah, kedua kita bisa lebih tegar, bisa lebih mengerti dan menerima pada semua peraturan yang megikat karena kita sudah terlatih sebelumnya. Ketiga terlatih untuk tidak banyak mengeluh pada peraturan tetentang kondisi-kondisi yang pada peraturan yang ditentukan.
 8. Bagaimana keragamaan sosial kehidupan di pastren ?
 Jawab : sangat beragam berhubung disini tidak satu daerah, provinsi dan negara. Bahkan dari negeripun .kita pikir itu cocok sekali untuk menamankan sifat interkal terhadap orang-orang agar lebih mengerti akan budaya yang beragam misalnya setiap daerah itu mempunyai perwakilan dari bandung dinamakan HiSKAM (Himpunan Santri Kota Kembang), dari Tasik dinamakan Himpunan KOTARESIK, dari luar jabar sosial budaya dan disitu sangat terlihat jelas sekali bagaimana karakter-karakter orang dari daerahnya masing-masing.
9. Bagaimana keragaman kebudayaan kehidupan di pasantren ?
   Jawab : sangat beragam dan cukup menarik kadang kita hidup dengan orang yang tidak satu budaya kita banyak pertentangan banyak perselisihan tapi itu lah sesuatu yang menariknya. Misalnya orang-orang sunda yang ramah dan sopan dengan orang jawa yang cenderug di karakteristiknya cukup keras.
10. bagaimana keragaman peradaban kehidupan pasantren ?
Jawab : mungkin itu tergantung dari latar masing-masing, kalau misalnya saya sendiri berasal dari orang yang sederhana, gaya hidupnya juga biasa saja beda halnya dengan orang berada. Dari segi ekonomi jarang terlihat sedangkan dari jelas sekali terlihat ada yang menutup dirida yang biasa saja. 
11. dampak positif kehidupan pasatren ?
Jawab : mimalnya dari segi pengendalian diri karena kita belajar agama cukup lama minimalnya tiap hari bisa untuk diri sendiri kita mengendalikan hal tersebut. Walaupun tidak bisa mendalikan orang lain tapi yang intinya itu kemandirian.
12. dampak negatif kehidupan pesantren ?
Jawab : info yang sangat kurang, Disini sangat tertutup untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang diluar, misalnya seperti ekstrakulikuler teater, studytour, paradeband mungkin sangat terbatas karena ada pandangan yang seperti apa  dilingkungan pasantren. Contohnya informasi tentang perkuliahan yang saya tahu hanya UPI,UNPAD, dan ITB padahal setelah saya keluar pesantren masih banyak universitas universitas yang bias menunjang akademik saya.
      Setelah kami melakukan pengambilan data melalui angket dan wawancara, kami mendapat hasil yaitu :
  • Kehidupan pesantren mengajarkan para santri untuk bertahan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan. Kehidupan santri utamanya di pesantren mengajarkan santri untuk hidup mandiri.
  • pesantren adalah rumah perbaikan moral dan akhlak masyarakat santri. Sehingga apapun bentuk dan gaya dari santri harus diarahkan pada moralitas dan akhlakul karimah.
  • Pesantren merupakan suatu komunitas sekaligus sistem sosial yang terdiri dari beberapa unsur dan memiliki budaya tersendiri. Kiai, ustadz, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu kampus, berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri, yang secara ekslusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya.
  • manfaat yang diperoleh hidup di pasantren adalah lebih unggul dari pada orang yang tinggal dirumah, sehingga  bisa lebih tegar, bisa lebih mengerti dan menerima pada semua peraturan yang megikat karena sudah terlatih. Dan terlatih untuk tidak banyak mengeluh pada perat yang ditentukan.
  • keragaman peradaban kehidupan pasantren sangat tergantung dari latar masing-masing, kalau misalnya saya sendiri berasal dari orang yang sederhana, gaya hidupnya juga biasa saja beda halnya dengan orang berada.
  • .keragaman kebudayaan kehidupan di pasantren sangatlah beragam dan cukup menarik jika orang yang tidak satu budaya kita banyak pertentangan banyak perselisihan tapi itu lah kebudayan dari pasantren.
  • keragamaan sosial kehidupan di pasantren sangat beragam berhubung disini mulai dari berbeda daerah provisi dan negara kehidupan sosial pasantren sangat beragam.
  • Dampak negatif di pasantren juga sangat mempengaruhi para santri karena pesantren tidak lepas dari kehidupan madrasah. Satu hal yang agaknya
  • tertinggal dari kehidupan mereka. Kemajuan teknologi tampaknya masih belum diperhatikan oleh mereka. Meskipun banyak pesantren yang sudah memiliki instansi pendidikan formal, tetapi sentuhan akan teknologi masih belum terasa. Banyak madrasah yang berdiri dibawah pesantren kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
  • Dampak positif di pasantren adalah pasantren merupakan sebagai alternatif pendidikan, pasantren pendidikan moral dan ptren sebagai pusat studi agama.
















BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Simpulan
Manusia sejak awal lahirnya adalah sebagai makhluk sosial, Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta.
Konsep manusia sebagai makhluk sosial itu telah menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dengan saling ketergantungan dan saling membutuhkan dapat menciptakan komunikasi antar masyarakat yang ditentukan oleh peran manusia sebagai makhluk sosial seperti ulasan di atas. 
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
            Adapun dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru, dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat sekitarnya yang terdiri dari :
  1. penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
  2. penghematan tenaga, dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Menurut EB Taylor, Primitive Culture, 1871  Kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Fungsi kebudayaan secara umum untuk mendasari,mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu :
            Adapun manusia sebagai pencipta kebudayaan memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
5.      Akal
6.      intelegensia
7.       intuisi Perasaan dan emosi kemauan fantasi perilaku.
Jadi manusia, sebagai makhluk berbudaya merupakan struktur masyarakat yang majemuk dan dinamis, ditandai oleh keragaman suku bangsa, agama dan kebudayaan. Keragaman tersebut merupakan kekayaan budaya yang membanggakan, tetapi pada sisi lain mengandung potensi masalah konflik. Jadi keragaman tersebut haruslah dapat dicari solusinya dengan semangat pluralisme, keterbukaan dan mengembangkan kesederajatan. Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai tersebut berupa: etika yang erat hubungannya dengan moralitas, maupun estetika yang berhubungan dengan keindahan.
Menurut Oswald Spengl Peradaban adalah kebudayaan yang sudah mati, adapun menurut  prof. Dr. Koentjoroningrat peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang halus dan indah.
            Peradaban merupakan terjemahan dari kata civilization yang berasal dari kata civil (warga kota) dan sivitas (kota; kedudukan warga kota). Biasanya, peradaban juga disamakan dengan budaya dan kebudayaan dalam beberapa literatur. Menurut Huntington, peradaban mewujudkan puncak-puncak dari kebudayaan.
      Manusia dan peradaban merupakan dua hal yang tidak mungkin terpisahkan. Manusia melalui kemampuan cipta dan karya selalu melakukan karya-karya di segala bidang kehidupan. Istilah peradaban mempunyai arti yang erat kaitannya dengan manusia. Istilah peradaban seringkali merujuk pada suatu masyarakat yang kompleks. Peradaban manusia bisa dilihat melalui praktik pertanian, hasil karya, permukiman, dan berbagai pandangan manusia mengenai ilmu pengetahuan, politik, dan kehidupan.
Peradaban bisa meliputi segala aspek kehidupan manusia, seperti budaya materiil, relasi sosial, seni, agama, dan ditambah dengan sistem moral, gagasan, dan bahasa. Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban
Oswald membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Menurutnya, dua hal tersebut merupakan dua gaya hidup yang berlawanan. Oswal berpendapat bahwa kebudayaan lebih dominan pada nilai-nilai spiritual yang menekan manusia pada perkembangan individu di bidang mental dan moral. Sementara itu, peradaban menurutnya, lebih mengarah kepada hal-hal bersifat material yang menekankan pada kesejahteraan fisik dan material.

Jadi peradaban manusia harus terus dikaji atau dipelajari. Sejarah peradaban manusia dari tiap masa tidak boleh hilang. Karena dari belajar peradaban di masa lalu itulah, kita bisa becermin untuk mengembangkan peradaban manusia masa mendatang.
Kehidupan pesantren mengajarkan para santri untuk bertahan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan. Kehidupan santri utamanya di pesantren mengajarkan santri untuk hidup mandiri. pesantren adalah rumah perbaikan moral dan akhlak masyarakat santri. Sehingga apapun bentuk dan gaya dari santri harus diarahkan pada moralitas dan akhlakul karimah. Pesantren merupakan suatu komunitas sekaligus sistem sosial yang terdiri dari beberapa unsur dan memiliki budaya tersendiri. Kiai, ustadz, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu kampus, berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri, yang secara ekslusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya.
  Manfaat yang diperoleh hidup di pasantren adalah lebih unggul dari pada orang yang tinggal dirumah, sehingga  bisa lebih tegar, bisa lebih mengerti dan menerima pada semua peraturan yang megikat karena sudah terlatih. Dan terlatih untuk tidak banyak mengeluh pada perat yang ditentukan. keragaman peradaban kehidupan pasantren sangat tergantung dari latar masing-masing, kalau misalnya saya sendiri berasal dari orang yang sederhana, gaya hidupnya juga biasa saja beda halnya dengan orang berada.
   Keragaman kebudayaan kehidupan di pasantren sangatlah beragam dan cukup menarik jika orang yang tidak satu budaya kita banyak pertentangan banyak perselisihan tapi itu lah kebudayan dari pasantren.Keragamaan sosial kehidupan di pasantren sangat beragam berhubung disini mulai dari berbeda daerah provisi dan negara kehidupan sosial pasantren sangat beragam.

Dampak negatif di pasantren juga sangat mempengaruhi para santri karena pesantren tidak lepas dari kehidupan madrasah. Satu hal yang agaknya tertinggal dari kehidupan mereka. Kemajuan teknologi tampaknya masih belum diperhatikan oleh mereka. Meskipun banyak pesantren yang sudah memiliki instansi pendidikan formal, tetapi sentuhan akan teknologi masih belum terasa. Banyak madrasah yang berdiri dibawah pesantren kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Dampak positif di pasantren adalah pasantren merupakan sebagai alternatif pendidikan, pasantren pendidikan moral dan ptren sebagai pusat studi agama.
4.2 Solusi
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, kami memiliki beberapa solusi untuk memperbaiki keadaan mereka secara efektif dari penelitian yang telah dilakukan. Solusi  yang kami berikan semoga dapat bermanfaat bagi lingkungan Pesantren serta kehidupannya, sehingga mampu untuk meningkatkan proses pendidikan dan kesejahteraan di lingkungan Pesantren. Berikut ini adalah saran-saran, semoga bisa membangun untuk kesejahteraan kehidupan pesantren:
1) Manusia sejak awal lahirnya adalah sebagai makhluk sosial, Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Seperti halnya di Pesantren jika kita tidak bisa berinteraksi dan beradaptasi terhadap sesama individu,atau lingkungannya maka kita akan menjadi manusia yang egois dan  tidak merasa nyaman serta  merasa tidak membutuhkan orang lain, padahal hakikatnya lingkungan Pesantren sangat erat sekali kaitannya dengan hidup bekerja sama,belajar sama-sama bekerja sama.
2) Dalam menjalani kehidupan di Pesantren harus mengutamakan hidup bersosial dengan lingkungan dan memahami keanekaragaman budaya Pesantren dan para santrinya , serta peradaban yang sudah melekat dan erat kaitannya dengan keadaan lingkungan Pesantren. komunikasi antara sesama santri harus selalu terjalin dengan baik, saling menegerti perbedaan karakter diantara sesama santri lainnya dan harus bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan Pesantren yang identik dengan kesederhanaan, agar seluruh santri dapat meraskan kenyamanan dan merasakan betapa indahnya hidup yang diwarnai dengan kebersamaan.
3) Setiap ada santri yang melanggar peraturan di Pesantren , harusnya selalu diselesaikan secara musyawarah antara para santri senior dan para ajengan ( para dewan guru), yaitu dengan cara di bimbing, tidak dengan cara kekerasan yaitu berupa tazir, karena sebuah hukuman berupa dipukul telapak kaki dan di rendam di kolam untuk hukuman berat tidak membuat jera para santri tapi santri tersebut merasa dikucilkan dan merasa dipermalukan dan menimbulkan rasa tidak percaya diri, Oleh karena itu interaksi sosial, musyawarah antara semua senior pesantren harus selalu dijaga dengan baik dan di musyawarahkan secara mufakat, supaya bisa menciptakan lingkungan pesantren yang harmonis, kondusif dan para santri merasa nyaman serta senantiasa bisa memberikan karya – karya serta inovasi yang positif dari para santri tersebut.
4) Solusi yang dapat diberikan agar kesejahteraan dan kemakuran di pesantren terjalin yaitu saling menghormati antar sesama anggota santri , tidak boleh memberlakukan senioritas, komunikasi harus selalu terjalin dengan cara menanakan sikap menghormati kepada yang lebih tua, menghargai terhadap sesame dan menyayangi terhadap yang lebih kecil.
5) Segala kekurangan  di pasantren sangat mempengaruhi para santri karena pesantren tidak lepas dari kehidupan madrasah. Satu hal yang agaknya tertinggal dari kehidupan mereka yaitu kemajuan teknologi dan kurangnya informasi terhadap dunia luar Pesantren tampaknya masih belum diperhatikan oleh mereka. Meskipun banyak pesantren yang sudah memiliki instansi pendidikan formal, tetapi sentuhan akan teknologi masih belum terasa. Banyak madrasah yang berdiri dibawah pesantren kurang mendapat perhatian dari pemerintah,maka dari itu harus adanya fasilitas yang memadai seperti disediakannya komputer untuk setiap asrama santri dan adanya penggerak dari pihak Pesantren yang selalu memberikan informasi tentang dunia luar Pesantren





4.3 LAMPIRAN













DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan & Malihah, Elly. 2007. Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung : CV.YASINDO MULTI ASPEK .